Rabu, 21 Oktober 2009

http://strategimanajemen.net/2009/09/07/transformasi-garuda-dan-kinerja-bumn/

Kepakan sayap burung Garuda tampaknya mulai melambung. Melalui proses kepempinan yang cemerlang dari top management-nya, perusahaan airline kebanggan Indonesia ini berhasil melakukan tahapan transformasi secara cukup impresif. Kinerja keuangannya berbalik secara dramatis : dari rugi Rp 800 milyar pada tahun 2004 berubah menjadi profit sebesar Rp 669 milyar pada tahun 2008.

Proses transformasi di Garuda barangkali merupakan sebuah eksemplar tentang apa yang akan terjadi jika sebuah BUMN dikelola secara profesional, dan kemudian dipimpin oleh seorang CEO yang kredibel nan handal. Kalau saja fenomena semacam ini bisa terus dilanjutkan, BUMN kita mungkin bisa terus kian melaju memberikan kontribusi penting dalam babak perjalanan kejayaan bangsa.

Dalam konteks ini, kita mungkin perlu memberikan apresiasi terhadap sejumlah kebijakan kantor Kementerian BUMN dalam soal human capital. Disini kita melihat peran agresif mereka untuk menarik eksekutif - eksekutif top (kalau perlu menariknya dari perusahaan swasta), untuk kemudian diberikan mandat meningkatkan kinerja BUMN.

Sebagian besar berhasil. Emirsyah Satar yang merupakan komandan Garuda adalah contoh yang layak disebut disini. Melalui proses kepemimpinannya yang tenang dan serba terukur (latar belakang dia adalah orang keuangan), ia berhasil melakukan transformasi di Garuda secara impresif. Contoh lainnya lagi adalah Agus Martowardoyo, CEO Bank Mandiri yang juga pelan namun pasti berhasil melakukan perbaikan kinerja pada bank nomer satu yang dipimpinnya itu. Dua orang CEO (chief executive officer atau dirut) ini kita tahu, dulunya berasal dari lingkungan perusahaan swasta (Emir jebolan Citibank dan Agus adalah mantan eksekutif dari Bank Niaga).

Harus diakui, kualitas CEO memang masih sangat menentukan dalam menentukan kinerja BUMN. Jika CEO-nya bagus – seperti contoh Garuda dan Bank Mandiri itu – maka kinerja bisnisnya juga cenderung akan kian meningkat. Sayang memang, belum semua CEO BUMN kita memiliki mutu dan kompetensi yang sebanding dengan dua orang tersebut.

Lalu, bagaimana dengan kinerja tiga BUMN rakasasa kita, yakni Pertamina, PLN dan Telkom. Tiga raksasa ini merupakan BUMN dengan revenue terbesar diantara yang lainnya.

Pertamina tampaknya telah berjalan di track yang benar. Tempo hari mereka mengeluarkan rilis mengenai jumlah produksi minyak per barel per hari yang sudah diatas target. Selamat buat Ibu Karen yang menjadi komandan Pertamina. Meski demikian, Pertamina memang masih jauh ketinggalan dibanding Petronas (perusahaan asal negeri Malingsia Malaysia ini sudah termasuk perusahaan minyak paling top di dunia, selevel dengan Shell dan Exxon ).

Telkom masih agak bermasalah. Beberapa kuartal ini profitnya cendetung stagnan dan menurun. Dirutnya, yakni Rinaldi Firmansyah, sepertinya tidak cukup hebat untuk membawa Telkom melesat. Untuk membuat perusahaan sebesar Telkom (dan Telkomsel didalamnya) terus berkibar, kita butuh CEO dengan kaliber yang extraordinary. Dan rasanya Firmansyah belum bisa masuk kualifikasi itu.

Lalu bagaiman dengan PLN? Hmm, agak sulit menjelaskannya. Kebetulan saya mengenal Dirut PLN yang sekarang, Fahmi Mochtar (dia pernah menjadi murid dalam salah satu sesi workshop yang saya deliver). Namun harus saya katakan, agak berat bagi dirinya untuk melakukan tranformasi masif di PLN.

Harus diakui menjadi CEO PLN merupakan pekerjaan terberat dibanding menjadi CEO Pertamina atau Telkom sekalipun (dan sebab itu, gaji CEO PLN mestinya paling tinggi dibanding gaji CEO BUMN lainnya). Mengelola pembangunan listrik 20,000 megawatt di seluruh Nusantara, dan jaringan transmisi listrik yang membentang dari Aceh hingga Papua adalah pekerjaan yang tidak main-main. Untuk inilah mestinya mereka memiliki CEO dengan kaliber seperti Robby Djohan atau mendiang Cacuk (yang dulu sukses mentransformasi Telkom).

Lepas dari itu semua, kita ingin agar BUMN Indonesia bisa kian meningkat kinerjanya. Kita ingin melihat kisah sukses Garuda atau Bank Mandiri bisa diduplikasi kepada setiap BUMN yang ada di negeri ini. Sebab jika semua BUMN sudah benar-benar bagus kinerjanya, maka kita semua – rakyat Indonesia – yang juga akan menikmatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar